Mengapa Menulis Resensi Membuat Kita Lebih Kritis dalam Membaca?

Kamis, 10 Juli 2025 12:49 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Resensi
Iklan

Salah satu cara yang terbukti efektif untuk mengasah kemampuan berpikir kritis adalah melalui aktivitas menulis resensi.

Pendahuluan

Dalam era digital yang penuh dengan banjir informasi, kemampuan berpikir kritis menjadi keterampilan penting yang harus dimiliki setiap individu, terutama dalam mengonsumsi teks bacaan. Salah satu cara yang terbukti efektif untuk mengasah kemampuan berpikir kritis adalah melalui aktivitas menulis resensi. Resensi, sebagai bentuk tanggapan terhadap suatu karya, baik berupa buku, film, maupun karya seni lainnya, tidak hanya membantu pembaca memahami isi karya, tetapi juga mendorong mereka untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyampaikan opini secara logis dan argumentatif.
Banyak pembaca menganggap membaca hanya sebagai aktivitas pasif, padahal ketika seseorang menulis resensi, mereka terlibat dalam interaksi aktif dengan teks. Menulis resensi menuntut pembaca untuk tidak hanya memahami isi, tetapi juga menilai kualitas, melihat konteks, serta menggali pesan tersembunyi dari sebuah karya. Dalam artikel ini, penulis akan membahas bagaimana aktivitas menulis resensi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam membaca, dengan menyertakan pendekatan metodologis dan pembahasan berbasis literatur serta pengalaman praktis.

Metodologi

Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi pustaka. Data dikumpulkan dari berbagai sumber literatur akademik dan populer yang membahas resensi, keterampilan berpikir kritis, dan literasi membaca. Selain itu, digunakan pendekatan reflektif untuk mengkaji pengalaman pembaca yang aktif menulis resensi, baik dalam konteks akademik maupun non-akademik.
Sumber yang digunakan meliputi buku-buku teori literasi, jurnal akademik tentang pedagogi membaca, serta artikel ilmiah populer yang mengangkat peran resensi dalam meningkatkan daya kritis pembaca. Pemilihan metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan antara aktivitas meresensi dan penguatan kemampuan berpikir kritis dalam membaca.

Pembahasan

  1. Definisi dan Fungsi Resensi
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Resensi adalah tulisan yang memberikan penilaian atau ulasan terhadap suatu karya, biasanya disertai dengan ringkasan isi, kelebihan, kekurangan, serta rekomendasi. Fungsi utama dari resensi adalah memberikan gambaran kepada pembaca lain tentang isi dan kualitas suatu karya. Namun, dalam proses penulisannya, resensi menuntut lebih dari sekadar pemahaman isi—ia mendorong pembaca untuk mengevaluasi secara mendalam.
Menurut Tarigan (1986), resensi termasuk dalam bentuk kritik sastra yang bersifat evaluatif. Dalam proses evaluasi tersebut, pembaca dituntut untuk berpikir sistematis, membandingkan, menyimpulkan, dan membentuk opini berdasarkan argumen yang logis. Ini adalah elemen-elemen inti dari berpikir kritis.

  1. Aktivitas Menulis Resensi Mendorong Analisis Mendalam

Sebelum menulis resensi, seseorang harus terlebih dahulu memahami karya yang diresensinya. Pemahaman ini bukan hanya tentang alur cerita atau isi utama, tetapi juga tentang konteks penulisan, pesan implisit, sudut pandang penulis, serta relevansi karya terhadap isu-isu sosial atau budaya.
Misalnya, dalam meresensi sebuah novel, penulis resensi tidak hanya menyebutkan isi cerita, tetapi juga mempertanyakan motif karakter, relevansi latar cerita, dan gaya bahasa yang digunakan. Proses ini melibatkan keterampilan menganalisis yang menjadi inti dari berpikir kritis. Dengan kata lain, menulis resensi adalah latihan membaca secara aktif dan kritis.

  1. Menyusun Opini Berdasarkan Argumen Logis

Kemampuan berpikir kritis juga tampak dalam cara seseorang menyampaikan opini dalam resensi. Sebuah resensi yang baik tidak hanya berisi pernyataan “suka” atau “tidak suka”, tetapi menyertakan alasan yang masuk akal dan bukti pendukung dari teks.
Penulisan resensi memaksa pembaca untuk menyusun opini secara terstruktur. Misalnya, jika penulis resensi mengkritik gaya bahasa yang digunakan dalam buku sebagai terlalu rumit, maka ia perlu memberikan contoh dan menjelaskan dampaknya terhadap pemahaman pembaca. Kemampuan ini berkaitan erat dengan keterampilan argumentasi yang menjadi bagian dari literasi kritis.

  1. Menumbuhkan Kesadaran Kontekstual

Dalam resensi, pembaca sering kali perlu mengaitkan isi karya dengan konteks sosial, budaya, atau sejarah tertentu. Ini melatih pembaca untuk tidak hanya melihat isi secara tekstual, tetapi juga kontekstual. Kesadaran akan konteks ini adalah bagian dari berpikir kritis karena melibatkan pemahaman yang lebih luas terhadap makna teks.
Sebagai contoh, meresensi sebuah film dokumenter tentang perubahan iklim akan mendorong pembaca untuk memahami isu lingkungan, menilai keakuratan data, dan mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat. Ini menjadikan aktivitas meresensi sebagai sarana pembelajaran yang holistik.

  1. Refleksi dan Evaluasi Diri

Menulis resensi juga dapat menjadi cermin bagi pembaca dalam mengevaluasi cara mereka membaca dan memahami informasi. Aktivitas ini menumbuhkan sikap reflektif, yaitu kemampuan untuk merenung dan menilai kembali pemahaman dan penilaian yang telah dibuat. Refleksi ini penting dalam proses belajar berpikir kritis yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Menulis resensi bukan sekadar tugas akademik atau aktivitas literasi biasa, tetapi merupakan proses intelektual yang mengasah kemampuan berpikir kritis dalam membaca. Melalui resensi, pembaca belajar untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, dan mengomunikasikan opini secara logis dan argumentatif. Aktivitas ini mendorong pembaca untuk tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga menjadi subjek aktif yang terlibat dalam proses berpikir dan diskusi literasi.
Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan dan komunitas literasi untuk terus mendorong praktik menulis resensi, baik dalam bentuk formal maupun informal. Di tengah era digital yang penuh disinformasi, keterampilan berpikir kritis yang diasah melalui resensi akan menjadi bekal penting untuk membangun masyarakat pembaca yang cerdas dan reflektif.

Daftar Pustaka

1.  Paul, R. & Elder, L. (2008). The Miniature Guide to Critical Thinking: Concepts and Tools. Foundation for Critical Thinking.

2.  Tarigan, H. G. (1986). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

3. Nurgiyantoro, B. (2002). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


4. Zubaidah, S. (2019). “Pentingnya Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pendidikan Abad 21.” Jurnal Pendidikan, Vol. 14(1), pp. 25–35.


5. Saidi, A. (2017). Literasi dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jakarta: Rajawali Pers.

Bagikan Artikel Ini
img-content
muslihatul hasanah

Mahasiswa ilmu komputer

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler